Sabtu, 19 April 2008

bahasa memang segalanya

baru kerasa sekarang kalo bahasa sangat menentukan dalam hubungan antar umat manusia.

contoh, dari sekian banyak abb (anak buah bei) yang murudul dateng kesini awal semester lalu, ada seorang bapak2 dari cimahi yang langsung aja berarti lebih dari sekedar abb bagi seorang teman saya, latar belakangnya adalah kesamaan bahasa, yakni bahasa sunda. langsung aja jadi akrab.

hm, contoh yang aneh dan terkesan gak nyambung

waktu lagi seneng, menggebu2, pengen cerita, perasaan seneng itu terkikis sedikit demi sedikit ketika harus mengkonfert itu cerita kedalam bahasa inggris, terutama dalam mencari kosa kata yang pas. tetep aja gak nyampe perasaan senengnya.

waktu lagi marah, kesel, menggebu2, pengen sumpah serapah, gak ada kata2 dalam bahasa inggris yang bisa ngegantiin peran "kutu kupret" dan kerabat2nya.. kata kata seperti "shit" dan "damn" gak cukup dahsyat buat menggambarkan rasa kesel dan marah yang ada. malah suka jadi makin kesel sendiri.

naaah, apalagi waktu lagi sedih dan tertekan, kesulitan mentranslasi menjadi bahasa inggris seakan membuat saya kehabisan kata-kata.

buat saya yang punya emosi menggebu2, dan meledak2, sulit mengkomunikasikan perasaan dengan bahasa inggris.
banyak perasaan yang akan lebih baik diungkapkan kedalam bahasa indonesia, dan sedikit campuran kosa kata sunda, jawa, dan jambi.
kerasa banget sekarang kalo saya sulit menterjemahkan dan menyampaikan rasa hati dan ganjalan pikiran terhadap orang itu.
yang ada semua jadi kerasa salah.

dan membuat saya berpikir,
sungguh, saya cinta khasanah budaya indonesia.

like my professor daughter said "english is nobody's language"
and it's definitely not mine.

suka heran deh sama orang2 yang sok sok mencampur adukkan bahasa inggris kedalam percakapan sehari2nya. seperti clb, alias cincha laura boooook.
saya mah, kalo bukan karna tuntutan globalisasi, gak akan menganggap itu penting

1 komentar:

Reza mengatakan...

emang bener, misalnya untuk bilang "cangkem-mu" kayaknya gak pas kalo diganti "your mouth!"
kalo bukan karena nasionalisme, aku juga gak belajar bahasa nasional. nanti jadinya "mulum-mu" gak seru gitu...